handphone-tablet

30 November 2010

Jangan Ada Dusta di Antara Kita, Kawan!


Oleh: Syarif Ridwan

Sekali lagi, kita ingin memetik hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. Itu kata orang bijak, dan semoga Anda yang membaca tulisan ini termasuk di dalamnya, yang tidak terlampau sedih apalagi stress saat ujian dan cobaan datang menimpa. Ataukah kecewa, dongkol dan marah bila seseorang membohongi Anda di alam nyata atau di dunia maya. Setidaknya kita menanamkan dalam diri kita untuk tidak sekali-kali berdusta dan berbohong, karena sifat itu sungguh tak patut kita miliki sebagaimana setiap orang tak sudi dibohongi.

Saya yakin bahwa setiap agama yang ada di muka bumi tidak membenarkan sifat dusta dan kebohongan melekat dalam diri para pengikutnya. Bukan hanya karena sifat ini dapat menciptakan mudharat (keburukan) dengan efek domino; sebuah kebohongan melahirkan kebohongan yang lain, tapi sifat ini juga sungguh tidak sejalan dengan fitrah kita sebagai manusia. Hal ini bisa kita rasakan ketika coba untuk berkata dusta, selalu saja ada bisikan halus dalam hati untuk tidak melakukannya.

Hati kecil bahkan kerap berbisik bahwa kebohongan yang dilakukan adalah dosa hingga kerap membuat kita tidak tenang dan gelisah. Karena itu, terkadang tidak sulit mengetahui seseorang jujur atau dusta melalui getar suaranya, gerak mata atau degup jantungnya. Terkecuali bagi orang-orang yang sudah kehilangan fitrah tersebut dalam dirinya, dimana dusta dan kebohongan adalah santapannya sehari-hari dan melekat erat pada perilakunya. Tapi kalau menggunakan alat deteksi kebohongan, biasanya dapat diketahui jujur atau dustakah ia.

Dusta lawannya jujur. Kedua sifat ini bisa menyatu dalam diri seseorang. Sangat tergantung pada setiap individu apakah sifat jujur atau dusta yang ingin ia miliki dan mendominasi sifat-sifatnya. Yang satu selaras dengan fitrah manusia, dan yang lainnya bertentangan. Sebagaimana sifat jujur yang memiliki variabel penguat pada diri kita, demikian pula sifat dusta. Faktor pendidikan, penanaman nilai-nilai agama, lingkungan, pengetahuan dan lainnya adalah sebab-sebab yang membuat seseorang menjadi jujur atau jadi pendusta.

Dari sudut pandang agama yang saya anut, berkata dusta adalah tanda kemunafikan. “Idza haddatsa kadzdzaba”. Demikian sabda Rasulullah saw., “Bila berkata ia dusta,” Dan bila dusta dan kebohongan terus menerus ia lakukan, maka perlahan tapi pasti orang tersebut akan dicap sebagai pendusta hingga pada saatnya tak seorang pun percaya pada apa yang ia ucapkan.

Hal ini juga disebutkan Rasulullah saw. dalam sabdanya, “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surga, seseorang itu akan selalu berlaku jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membawa ke neraka, seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sangat banyak contoh bagaimana kejujuran itu membuat seseorang mendapatkan kebaikan yang tiada habisnya. Ketika Muhammad saw. menjalankan bisnis Khadijah sebagai pedagang, cara yang ia lakukan dengan menyebutkan cacat barang yang ia jual membuat pedagang lain mencibir dan merasa yakin, bahwa Muhammad akan merugi dalam usahanya. Namun ternyata bisnis ala Muhammad menarik hati para pembeli, dan membuatnya meraih untung berlipat ganda. Bukan itu saja, Khadijah yang kaya raya dan cantik jelita itu tertawan hatinya oleh Muhammad saw. Dewasa ini, menemukan pedagang yang jujur bak mencari jarum dalam tumpukan jerami. Sulit bukan main. Dan profesi apapun sesungguhnya kejujuran adalah modal paling penting yang harus dimiliki setiap orang.

Jadi, tak seorang pun yang suka dengan sosok pendusta, tidak di alam nyata demikian pula di dunia maya. Blog Kompasiana yang sudah kita anggap sebagai rumah sehat tempat dimana kita saling berbagi, bertukar pikiran, memberi dan menerima, akan lebih sehat, terhormat dan bermartabat bila penghuni yang ada di dalamnya tidak menyertakan dalam dirinya secuil pun keinginan untuk membagi dusta dan kebohongan. Betapa perilaku ini melahirkan keburukan yang lain; sosok yang begitu nyata akhirnya dicurigai fiktif belaka. Bahkan di antara kita mulai muncul saling curiga; siapa yang nyata dan tidak nyata menjadi serba mungkin. Kecuali bagi mereka yang sudah pernah saling kenal, tatap wajah dan bersua di alam nyata, maka tak ada keraguan di antara mereka.

Manfaat lain yang kita ingin peroleh saat bergabung di Rumah Sehat Keluarga Besar Kompasiana ini adalah terbangunnya jalinan silaturrahim dan persaudaraan erat yang tidak hanya sebagai pintu rizki tapi juga memanjangkan usia sebagaimana sabda Rasulullah saw. Karena itu, jangan lagi ada dusta di antara kita. Lebih baik kita berlaku jujur; jujur pada diri sendiri dan kepada orang lain, dan jangan khawatir bahwa kebaikan pasti menyertai. Dengan cara itu pula kita bisa dihargai dan terhormat tidak hanya di hadapan manusia, tapi juga di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui.

Penggalan lagu Radja yang saya kutipkan disini mungkin patut sebagai pengingat:

Jujurlah padaku bila kau tak lagi cinta
Tinggalkankah aku bila tak mungkin bersama
jauhi diriku lupakanlah aku oh..oh..oh

Jujur lah padaku
Bila kau tak lagi suka
Tinggalkanlah aku bila tak mungkin bersama
Jauhi diriku lupakanlah aku
selamanya

Salam Kompasiana

Utan Kayu, 13.11.2009

Sumber: http://filsafat.kompasiana.com/2009/11/13/jangan-ada-dusta-di-antara-kita

Selengkapnya...

27 November 2010

HATI BERUBAH SEPERTI AIR MENDIDIH


“Dan Kami bolak-balikan hati mereka dan penglihatan mereka.”

(QS. Al-An’am: 110)



Manusia dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan dan pergantian. Manusia bermula seorang bayi, kemudian berkembang menjadi seorang anak. Dari seorang anak berubah menjadi remaja. Dari remaja berupah menjadi dewasa dan akhirnya menjadi tua renta. Hingga ajal menjemput nyawa. Ini berarti manusia adalah makhluk yang selalu mengalami perubahan. Perubahan sangat dekat dengan fitrahnya. Perubahan itu sangat dipengaruhi banyak faktor. Misalnya, pengetahuan, keyakinan, pergaulan, pengalaman, dan lain sebagainya. Sangat jarang kita menjumpai manusia yang tetap tanpa perubahan. Perubahan pada diri manusia merupakan kelaziman. Pada dasarnya manusia membutuhkan perubahan. Hidup terasa menjemukan jika tanpa ada perubahan. Seorang karyawan merasa jemu melakukan pekerjaan yang tidak berubah. Setiap orang mengalami kejemuan dengan sesuatu yang monoton. Demikian juga dengan hati kita, ia akan selalu berubah-ubah tidak tetap. Terkadang hati ini lembut, terkadang sebaliknya hati mengeras. Terkadang hati ini bercahaya dan terkadang hati ini gelap. Terkadang hati begitu tawadhu’ dan terkadang berubah angkuh. Suatu saat hati itu sabar, di waktu yang lain hati tak sabar. Suatu waktu hati ini merasa tenang, tapi suatu kali yang lain hati merasa bigung.

Hati dapat taat kepada Allah, dan dapat pula durhaka kepada-Nya. Dalam beribadah hati dapat mencapai derajat khusyu’, dan dapat pula hati lalai. Iman yang ada dalam hati pun dapat berubah-ubah. Pagi beriman, sore hari ingkar. Sore hari beiman, pagi hari kufur. Begitulah hati manusia. Perubahan hati sangat cepat dan terkadang tidak terkendali. Bisa jadi hati dihiasi oleh sifat-sifat yang luhur, tetapi hati juga bisa dililit sifat-sifat tercela. Hati bisa merasakan tentram saat bersama Allah. Hati juga merasa resah ketika menghadap Allah karena ia merasa banyak dosa saat menghadap-Nya.

Hati dalam bahasa Arab disebut dengan qolb yang artinya bolak-balik. Karena memang sifatnya yang cepat berbolak-balik (berubah). Hati bagaikan bulu ayam yang tergantung di atas pohon yang diboalk-balikan oleh angina sehingga bagian atas terbalik ke bawah dan bagian bawah terbalik ke atas. Demikianlah yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW:



“Hati dinamakan qolb karena sifatnya yang cepat berubah. Hati itu bagaikan bulu (ayam) yang tergantung di atas sebuah pohon, yang dibolak-balikan oleh angina sehingga bagian atas terbalik ke bawah dan bagian bawahterbalik ke atas.”

(HR. Ahmad)

Bahkan dalam hadits lain hati berubah sangat cepat melebihi perubahan air yang sedang mendidih. RAsulullah SAW pernah bersabda:



“Sesungguhnya hati anak cucu Adam lebih cepat perubahannya

dari panci yang berisi air mendidih.”

(HR. Ahmad)

Perubahan hati terlihat pada tutur kata dan wujud perbuatan yang dilakukannya. Karena itu, kita tak perlu heran, jika kita menjumpai orang yang sering bersilat lidah atau orang yang tidak komitmen dengan janji yang ia ucapkan. Tetapi, walau pun keberadaan hati berubah terus, bagi orang mukmin hendaknya berusaha menjaga dan merawat kebersihan hati dari penyakit yang dapat merusaknya. Hati boleh berubah-ubah selama perubahan itu tidak menjurus pada maksiat atau durhaka kepada Allah. Dan tidak seorang pun yang dapat menjamin hatinya tetap dalam satu keadaan. Hati akan berubah mengikuti perkara yang sedang di hadapi. Perbedaan perkara menyebabkan adanya perubahan hati. Misalnya dalam bekerja, jika pekerjaannya banyak membawa keuntunggan, hati tenang dan ia terasa nyaman bekerja. Namun, manakala pekerjaannya bangkrut, maka hati resah dan ia berpaling darinya. Hati akan condong pada perkara yang disukai dan berpaling dari perkara yang tidak disenangi. Dari sinilah, dapat diketahui bahwa perbedaan niat atau motivasi seseorang dalam melakukan pekerjaan ditentukan oleh sudut pandang yang berbeda-beda.

Orang yang shalat, saat takbiratul ihram ia niat ikhlas karena Allah, tetapi ketika berada di tengah-tengah melakukan shalat hati bisa berubah sewaktu-waktu, karena ia mengingat sesuatu atau karena ia terlena dengan bujuk rayu setan. Orang yang bersedekah, semula niatnya karena Allah, tetapi karena ia mendapat sanjungan dan pujian, niatnya berubah bangga mendapat pujian. Perubahan-perubahan itu yang harus dijauhi dan ditinggalkan oleh orang yang rindu akan rahmat Allah. Rahmat dan ridha Allah akan diberikan kepada orang yang beramal karena Allah semata mulai awal hingga akhir amalnya. Dan tidak bisa menjaga niat ini kecuali ia menyerahkan urusannya kepada Allah sebelum beramal.

Kita harus mengetahui bahwa hati berada dalam genggaman Allah. Allah berfirman: “Ssungguhnya Allah-lah yang membatasi antara manusia dan hatinya.” (QS. Al-Anfal:24). Yaitu yang menguasai hati manusia. Allah SWT tidak akan menerima amal kecuali orang yang hatinya bersih (ikhlas): Firman Allah SWT: “Kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” (QS.Asy-Syu’araa’: 89). Hati dapat mengeras karena banyak melakukan larangan Allah dan sering meninggalkan perintah-Nya. Demikian juga orang yang jauh dari ulama hatinya akan membatu. Sering tertawa, mengkonsumsi yang haram, melakukan dosa besar menyebabkan hati menjadi beku. Hati yang beku sulit menerima sentuhan hidayah Ilahi. Hati yang terus beku jauh dari rahmat Allah. Allah berfirman: “maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar :22). Allah bakal mengampuni dosa orang yang takut pada azab Allah dan ia datang dengan hati yang bertaubat. Allah menggolongkan pada hamba-hamba yang beruntung, orang yang terus terpaut dengan Allah. Allah berfirman: “bagi orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, sedang dia tidak kelihatan (olehnya) dan ia datang dengan hati yang bertaubat.” (QS.Qaaf :33).

Seorang mukmin harus mengetahui keadaan hati yang selalu berubah-ubah. Dan juga hendaknya mengetahui penyebab hati menjadi rusak dan upaya-upaya pencegahan, serta solusi-solusinya. Jika kita mengetahui hati mulai terasa sakit, cepat-cepat ia mengobati hatinya sebelum tertutup yang pada akhirnya membuat dirinya akan hancur. Masalah ini sangat penting, karena Allah SWT telah mengingatkan kita akan bahaya hati yang keras, lalai, sakit, buta, tertutup, terbalik, dan terkunci mati. Tanpa menyadari bahwa hati itu selalu berubah-ubah, sering kali ia tidak siap dan menerima masalah yang di hadapi. Dengan menyadari bahwa hati yang selalu berubah-ubah, seseorang akan lebih siap menjalani hidup di bawah ketetapan Allah.

Perhatikan anjuran Rasulullah dikala kita menyukai sesuatu! Rasulullah pernah bersabda:



“Cintailah apa yang kamu cintai sekedarnya saja, boleh jadi apa yang kamu cintai itu menjadi sesuatu yang paling kamu benci pada suatu hari nanti. Bencilah Sesuatu yang yang kamu benci sekedarnya saja, boleh jadi ia akan menjadi sesuatu yang paling kamu sukai pada suatu hari nanti.”

(HR. Tirmidzi)

Hadits ini menganjurkan kita sedang-sedang saja dalam menyikapi permasalahan hidup. Dan hadits ini mengandung larangan kepada kita untuk berlebih-lebihan dalam setiap perkara. Karena Rasulullah saw mengetahui betul bahwa hati manusia selalu berbolak-balik. Sekarang cinta, besok lupa. Kemarin benci, sekarang rindu ingin ketemu. Dan karena, cinta yang berlebih-lebihan, jika cintanya tidak kesampaian, maka ia akan menemui kekecewaan. Berlebih-lebihan termasuk perbuatan yang dilarang, karena ia merupakan perbuatan setan.

Mengapa hati turus berubah-ubah? Sebab, hati merupakan muara dari segala tujuan. Jika sesuatu A mengenai hati dan berpengaruh kepadanya, maka dari arah lain ada pula sesuatu B mengenai hati yang bertolak belakang dengan sesuatu A, hingga hati menjadi berubah. Demikian juga, saat setan turun ke hati dan mengajaknya untuk memperturutkan keinginan nafsu, maka malaikat akan turun ke hati untuk menghalau setan dari hati. Kalau setan menarik hati untuk berbuat buruk, maka malaikat menarik hati untuk berbuat kebaikan. Karena itu, suatu waktu terjadi perebutan antara setan dan malaikat untuk menguasai hati. Hati penuh dengan sifat-sifat keburukan, jika mengikuti bisikan setan dan memperturutkan bisikan itu. Hati penuh dengan sifat-sifat yang baik, jika hati mengikuti bimbingan malaikat dan merealisasikan dalam perbuatan. Karena itu, hati selalu berubah-ubah.

Meskipun hati selalu berubah, ada hal yang tidak boleh berubah, yaitu ketaatan kepada Allah dan keimanan kepada-Nya. Iman dan taqwa jangan sampai berubah-ubah, karena keduanya pilar kebahagiaan kita di dunia dan di akhirat kelak. Baik dan buruk, bahagia dan susah, pahala atau siksa, surga atau neraka bergantung pada keduanya. Saking begitu pentingnya, keduanya menjadi tolak ukur diterima atau ditolaknya amal perbuatan oleh Allah. Karena itu, Rasulullah saw selalu berdoa agar diberikan ketetapan hati untuk mentaati Allah.



“Wahai Zat Yang Memalingkan hati, palingkanlah hati kami

kepada ketaatan kepada-Mu!”

(HR. Muslim).

Keikhlasan harus tetap terjaga kualitasnya pada saat beramal. Jika ia rusak maka cedra amalnya. Ikhlas beramal karena Allah tidak boleh berubah, karena ia ruh ibadah. Tanpanya, sia-sia amalnya. Demikian juga, tetap berpedoman dengan al-qur’an dan as-sunnah. Ini tidak boleh berubah atau berpindah pada pedoman yang lain. Keduanya pelita hidup dan penuntun menuju surga Allah. Orang yang berpijak pada keduanya akan selamat di dunia dan di akhirat.

Akhirnya kita hanya bisa berusaha dan berharap, semoga Allah berkenan memberikan ketetapan iman, ketaqwaan, keikhlasan, dan berpedonan dengan al-qur’an dan as-sunnah. Karena dengan ketetapan hati pada hal-hal ini, merupakan modal awal untuk dapat selalu bersama Allah. Semoga Allah melindungi kita dari hati yang lalai, lupa, dan buta. Hingga kita dapat mengkap keagungan dan kebesaran Allah SWT. Amin. Wallahu ‘A’lam.



(Samsul Afandi, SS - Staf Pengaajar SD Bani Hasyim)

Sumber: http://www.banihasyim.org

Selengkapnya...

23 November 2010

"Duhai Ukhti,... Duhai Istri Sholehah,... Aku Ingin Sepertimu..."


Didit Purnomo
Kisah ini nyata adanya...
Sengaja aku tulis agar kita semua khususnya aku pribadi dapat mengambil satu pelajaran yang sangat berharga. InsyaALLAH.

----------------------------------------------------------

“Klik”.... HP berdering 1 kali tanda ada sms masuk.. Waktu itu jam menunjukkan pukul 18.30 WIB.
Segera kubuka, ternyata dari pujaan hati...

“Sudah tidur, say?” Tanya suamiku.
“Belum, tapi Dedek sudah tidur”
“Jadi meeting ta?? Kalau ndak jadi meeting, mau dibuatkan apa??” Biasanya, suami sms 30 menit sebelum nyampe rumah kalau ingin dibuatkan sesuatu...
“Iya jadi, tp pengennya Asyam pulang dulu, nanti jam 8 berangkat lagi”
“Kalau tidak merepotkan, tolong buatkan susu campur kopi sedikit, gulanya satu setengah sendok”
“Ok” jawabku singkat.

Segera kuletakkan HP, lalu aku langsung merapikan meja, dan segera ku hidangkan soto ayam yang tinggal sedikit beserta tahu dan tempe. Tak lupa ku dinginkan nasi di piring lengkap dengan kopi susu kesukaannya.

20 menit kemudian, suara kendaraan terdengar berhenti di depan rumah. Segera kusambut dan suami langsung menuju meja makan menyeruput minuman yang sudah kusiapkan di meja...

"Alhamdulillah..." gumamnya.

“Asyam sholat Isya’ dulu ya...”

Akupun menunggunya di meja makan...

Setelah selesai sholat Isya’, suami langsung makan. Seperti biasa, sambil menceritakan aktivitas yang dilakukan selama di kantor hari itu...

Dialog suami istri di meja makanpun berlangsung....

“Aku tadi sore ketemu Yaqin temen kantor kita dulu”
“Oh ya?? Trus???” tanyaku penasaran ingin mendengar cerita istrinya Yaqin ini.
“Awalnya Asyam sama temen kantor mau kerumahnya, tapi dia ada acara ba’da Maghrib. Jadi, dia sempatkan mampir ke kantor untuk bertemu..”

Memang Yaqin ini sangat aktif mengikuti kegiatan dari masjid satu ke masjid yang lain bersama teman-teman ikhwan yang lain. Bahkan dia juga pernah ke India dan Bangladesh.

Semenjak Yaqin menikah dan kami juga menikah, suamiku jarang sekali ada waktu longgar untuk bertemu denan Yaqin. Via telepon saja bisa dihitung dengan jari. Yaqin sahabat suamiku, juga temenku waktu masih kerja di sebuah perusahaan di Surabaya.

Cita-citanya terkabulkan untuk menikahi akhwat asli Temboro. Alasannya karena akhwat-akhwat di sana banyak yang hafal Al-Qur'an dan sejak kecil sudah mondok, bercadar pula. Menurut informasi dari teman, di Temboro juga wajib berbusana muslim bagi Muslimah yang akan memasuki kawasan tersebut. Juga merupakan markas Tabligh.

Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.

Aku bertemu dengan istrinya mungkin 3 kali, di rumah Yaqin, juga pernah di jalan waktu belanja di Ampel... Istrinya cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup cadar, sungguh anggun. Dia juga hafal Al-Qur'an di usia yang relatif sangat muda bagiku, Subhanallah...

Di kantor itu, tepatnya di ruang nego, Yaqin menceritakan penyakit yang diderita istrinya selama mereka bersama. Itu artinya, ujian itu selama pernikahan mereka yaitu sekitar 2 tahun lebih...

Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti... Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.
Tak terasa pernikahan mereka sudah memasuki tahun ketiga... Dan usia putri mereka sudah sekitar 18 bulan.


Singkat cerita....

Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..
Waktu bulan Ramadhan kemarin, suami pernah bertemu dengan Yaqin di sebuah Rumah Sakit terkenal di Surabaya. Waktu itu, suami menjenguk saudaraku di rumah sakit yang sama. Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh. Dokter juga menyarankan agar darah yang dipakai adalah darah yang sudah steril tapi memang harganya mahal. Akan tetapi, Yaqin hanya mampu untuk membeli darah yang biasa. Menurut informasi, darah yang biasa (tidak steril) itu masih bercampur dengan berbagai macam virus yang akan berakibat menular di tubuh pasien.

Waktu suami menyampaikan berita ini, aku sempat tak percaya kalau penyakitnya sampai separah itu. Ya Allah… pikiranku mulai tak tenang. Ada kekhawatiran dalam hati kecilku kala itu. Namun segera ku tepis, dan segera mendoakan yang terbaik untuk istri dan keluarga Yaqin. Aku sempat mengingatkan suami untuk telepon atau menjenguknya di rumah Sakit, tapi waktu itu Yaqin tidak bisa dihubungi.

Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh... Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.

Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya.
"Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas."
"Semua terlihat kabur."
Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya... Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya...

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang. Sungguh kabar gembira, andaikan kami tahu akan hal itu. Tapi sayang, kami tidak mendengar kabar baik itu.
Aahh, mungkin mereka terlalu gembira. Sampai-sampai lupa untuk memberi tahu kami.

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.

"Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya.." pintanya sambil memegang perutnya...

"Mi.. mi.. kok sakit terus sich Ummi ini". Spontan Yaqin melontarkan keluhannya. Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.

Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.

Keesokan harinya……….

"Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur'an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang."
"Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur'an agar selalu ingat Allah.
Subhanallah, dalam keadaan seperti itu dia masih ingin membaca Al-Qur'an untuk mengulang-ulang kembali hafalannya...

Akhirnya Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur'an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.

Pagi harinya, istrinya terlihat sangat senang sekali...
"Bi, tadi malam Ummi mimpi naik kuda. Ummi melihat dari kejauhan ada warna kuning keemasan. Setelah mendekat, ternyata itu jagung. Ummi makan jagung itu, dan Subhanallah rasanya enaaak sekali. Tak pernah Ummi rasakan jagung seenak itu"
"Yaa, itu tandanya Ummi mau sembuh" kata Yaqin ragu...

Hari selanjutnya, istrinya kembali tersenyum.
"Bi, tadi malam Ummi mimpi lagi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan"
"Itu tandanya Ummi akan segera sembuh." Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.

Yaqin mencoba menghibur istrinya.
"Mi... Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran."
"Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok" jawabnya singkat.
Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.
"Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi."
"Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi."
”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??”
Yaqin baru sadar kalau obat istrinya hampir habis. Dia langsung menuju loket pembelian obat meninggalkan istrinya sendiri di kamar. Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.

Tapi betapa terkejutnya dia. Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.
"Ada apa dengan istriku??." tanyanya setengah membentak.
"Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali." jawab perawat yang mengurusnya.

Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.

Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya. Yaqin menghapus air mata istrinya dengan penuh cinta. Dia pegang erat tangan istrinya. Ya Allah…… betapa istrinya sangat lemas dan pucat. Hatinya menangis.

"Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?"
"Pasti Mi... Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi." Hatinya seakan berkecamuk.
"Doanya yang banyak ya Bi"
"Pasti Ummi"
"Jaga dan rawat anak kita dengan baik."
"Abi jangan sampai seperti suami di kamar sebelah ini." Sambil menunjuk ke kamar pasien di sebelahnya.
"Memangnya kenapa Mi?"
"Istrinya lagi sakit, dia malah asyik berbicara dengan wanita lain lewat HP."
"Abi juga jangan sampai seperti suami yang di kamar itu." Kembali jarinya menunjuk kamar yang dia maksud.
"Memangnya suaminya kenapa, Mi?"
"Kalau yang disana, istrinya sakit dia malah bingung mau ngapain. Jangan seperti itu ya Bi."
“Trus, Abi harus bagaimana agar Ummi senang?” Tanya Yaqin dengan perasaan semakin tak menentu.
”Abi harus selalu nemenin Ummi, supaya Abi bisa membimbing Ummi menyebut nama Allah”.

Tak lama setelah pembicaraan itu...

Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi...

Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.

"Pak, ini jenazah baik." kata perawat itu.
Dengan penasaran dia balik bertanya.
"Dari mana ibu tahu???"
"Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini."
"Alhamdulillah..." Jerit hatinya senang.

Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Berikut inilah kejadian yang dialami oleh Istri Sholehah kala itu (Kisah ini dituturkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan Ibnu Majah):

إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلاَئِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمُ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ - قَالَ - فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِى السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِى ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِى ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ - قَالَ - فَيَصْعَدُونَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّونَ - يَعْنِى بِهَا - عَلَى مَلأٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوا مَا هَذَا الرُّوحُ الطَّيِّبُ فَيَقُولُونَ فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانُوا يُسَمُّونَهُ بِهَا فِى الدُّنْيَا

"Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut 'alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: "Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah". Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: "Ruh siapakah ini, begitu harum." Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya)."

Tepat di malam ke 25 di Bulan Ramadhan, jenazah itu tiba di tanah kelahiran istrinya di Temboro. Ketika itu mertua Yaqin dan semua santri baru selesai melaksanakan sholat tarawih.
"Jenazah ini tidak perlu diapa-apakan lagi, karena ini jenazah baik..." kata pengasuh pondok.
Semua jamaah sholat tarawih ikut menyolatkan jenazah almarhumah. Subhanallah...

Jenazah itupun dikuburkan pada hari itu juga.

Setelah selesai, semua kembali ke rumah termasuk Yaqin.
"Nak, sudahlah... Sekarang kita jangan terlalu memikirkan dia lagi." ucap bapak mertuanya seolah mengerti betapa Yaqin merasa sangat kehilangan.

"Ibarat kita menyekolahkan anak kita, sekarang dia sudah lulus dan kita juga lulus mendidiknya." Yaqin hanya bisa diam dan menunduk.

"Lupakanlah dia, dan segeralah kamu mencari penggantinya."

"Pak, saya menikah dengan putri bapak seolah-olah hanya untuk menyempurnakan agamanya."
"Bagaimana tidak, sejak kecil sudah mondok dan hafal Al-Qur'an. Setelah lulus, langsung menikah dan sekarang sudah dipanggil Pemilik yang sebenarnya."
"Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini Pak, akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana" Air matapun tak terasa mengalir deras...

-------------------SELESAI-------------------

Mendengar cerita suami, aku hanya bisa diam membisu. Hanya satu yang ada dalam hatiku saat itu.
"Subhanallah..., begitu senangnya dia di alam sana... Akankah aku bisa seperti dia..??? Aaaahhh aku masih sangat jauuuuh untuk bisa seperti itu."
"Duhai Ukhti,.... Duhai Istri Sholehah,... Aku Ingin Sepertimu..."

Aku melihat ada genangan air mata di kedua bola mata suamiku… Akupun tak sanggup untuk meluapkan air mata ini…"Tapi, air mata ini bisa aku bendung waktu itu, karena aku malu untuk menangis di hadapan suami. Malu… karena aku masih jauuh untuk bisa seperti istri Yaqin. Namun, begitu suami keluar karena ada suatu kepentingan... Aku tumpahkan semua air mata ini dalam munajat kepadaNYA..."
"Ya Allah, Ya Tuhanku... Sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun, maka ampunilah aku..." Sampai sekarang selalu terngiang di pikiranku... Semoga aku bisa mengambil ibrahnya. Terima kasih Ya Allah, Engkau beri aku satu pelajaran penting hari ini..."



Cerita ini aku tulis sejak Senin, 02 November 2009 ketika putriku berusia 17 bulan...

Sidoarjo, 04 November 2009
09.30 WIB


Wassalam,



Ya Allah, hanya atas Cinta dan AnugerahMU, sampai detik ini hamba masih diberi kesempatan untuk merasakan manisnya Iman... Alhamdulillah...

Ucapan terima kasihku
Untuk suamiku tercinta Irfan Fauzi, Jazakallahu khairan atas bimbinganmu selama ini... Terima kasih atas saran dan kritikannya pada tulisan ini... :-)
Untuk Anak-anakku:
Fanny & Farah, kalian adalah penyejuk mata Ummi & Abi.
Untuk keluarga besarku, terima kasih atas cinta & kasih sayang yang melimpah untuk kami...
Untuk sahabatku tercinta, maafkan atas kesalahanku selama ini...


_Ummu Farah_
Siti Fauziah Fauzi



Sumber:
http://www.facebook.com/profile.php?id=100001732088148#!/topic.php?uid=97841423200&topic=12550

Selengkapnya...

18 November 2010

Kalender Abadi


Aplikasi sederhana berupa KALENDER ABADI.
Yang berminat silahkan download, klik link di bawah ini. Semoga bermanfaat.
Download Kalender Abadi

Selengkapnya...

04 November 2010

LOVE IS SILENCE



Mamaku hanya punya 1 mata, aku membencinya.. dia memalukan bagi aku. Dia memasak di SMP tempat aku sekolah untuk biaya hidup kami.Hari itu dia datang ke kelas dan menyapaku. Aku sangat malu, lalu mengacuhkannya dan berlari pergi.

Keesokan harinya, teman2 mengejekku, ingin rasanya aku menghilang. Saat pulang, aku berteriak kepadanya "Kalau kau hanya ingin membuatku jadi bahan tertawaan, kenapa kau tidak mati saja ?!" Aku benar2 marah saat itu.

Aku bertekad keluar dari rumah itu dan tidak berhubungan dengan dia sama sekali. Jadi, aku belajar dengan semangat dan akhirnya mendapat beasiswa belajar di Singapura. Aku menikah, punya anak dan bahagia dengan kehidupanku.

Sampai suatu hari, Mama datang ke Singapura untuk menjenguk, saat di depan pintu, anak2 ku melihat dan ketakutan, saat itu juga aku berteriak "Beraninya kau datang ke rumahku, pergi dari sini, kau hanya menakuti anak2 !!" Dia terkejut dan menjawab "Maafkan saya, mungkin saya salah alamat"

Setahun kemudian, datanglah undangan reuni SMP. Aku hadir. Setelah itu, aku sempat melihat 1 rumah, dimana aku tinggal saat itu, hanya ingin tahu dan kata seorang tetangga mama sudah meninggal, aku tidak meneteskan air mata.

Tetanggaku memberikan surat yang Mama ingin aku membacanya."Anakku tercinta, aku memikirkanmu setiap saat, Maafkan aku saat datang ke Singapura dan menakuti anak2 mu dan juga maafkan aku membuatmu malu didepan teman2 mu dulu.. Semoga kamu mengerti.. Waktu kecil kamu mengalami kecelakaan dan kehilangan 1 mata, sebagai Mama, aku tidak sanggup melihatmu tumbuh dengan 1 mata, jadi aku memberikan milikku.. Aku bahagia karena anakku akan memperlihatkan seluruh dunia untukku dengan mata itu.

-With love, Mama-
From the book LOVE IN SILENCE

Selengkapnya...
fashion pria

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP