handphone-tablet

12 Januari 2009

AKU DAN SI BAPAK TUA

Seperti biasanya pada tiap akhir pekan, tepatnya saban hari Jum'at, aku pulang ke kampung halamanku tercinta di Cilegon. Dan seperti pada sore itu, kebetulan di ruangan kantor sudah sepi, tinggal aku seorang diri bergumul dengan komputer yang biasa kupakai. Waktupun sudah menunjukan pukul 16 lebih, padahal rencana awalnya pengen pulang agak cepat, ya selepas sholat ashar lah. Tapi lagi-lagi ada aja yang menghambatnya…ah sudahlah.

Dalam perjalanan menuju ke Cilegon, biasanya aku nunggu bus di seberang Rumah Sakit Harapan Kita daerah Slipi. Aku sendiri sebetulnya baru beberapa bulan aja nunggu bus disitu, karena sebelum-sebelumnya aku memang sedang mencoba 'berpetualang' enak mana kalau nunggu kendaraan. Tapi setelah beberapa bulan, beberapa pertimbangan, akhirnya memang enak nunggu disitu. Selain waktunya lebih cepat, suasananya lumayan nyaman, banyak pilihan bus jurusan ke arah Merak yang datang dari beberapa terminal, seperti Kampung Rambutan, Tanjung Priok, dan Pulo Gadung. Disamping itu, kalaupun ga dapet-dapet bus, aku balik ke kostan..ya ga jauh-jauh amat lah..he..he..he.


Kali ini aku naik bus Armada, walaupun aku sendiri agak lebih senang naik Primajasa sebenarnya. Ketika masuk kedalam bus terlihat masih banyak kursi yang melompong. Memang seperti biasanya bus baru penuh ketika sudah di pintu tol Kebon Jeruk, karena banyak penumpang nunggunya disitu, terutama mereka yang mau pulang ke arah Tangerang, Serang dan Cilegon. Mereka yang pulang ke Serang misalnya, banyak yang turun di jalan tol seperti di Adi, Tambak, Ciujung, dan Pipitan.

Ada cerita menggelitik dalam perjalanan pulangku kali ini. Ceritanya, dari Kebon Jeruk ada sorang bapak-bapak berumur sekitar 70an tahun yang kebetulan duduk si sebelahku. Baru beberapa menit duduk di sebelahku, si Bapak tadi cukup terlihat akrab dengan menyapaku terlebih dahulu menanyakan tujuanku. Akupun menjawab seadanya diselingi menanyakan tujuan si bapak tadi juga. Ketika tahu aku berasal dari Cilegon, beberapa kali si bapak tadi menegaskan kepadaku, "apa benar ade ini asli Cilegon?" tanyanya. Akupun agak sedikit penasaran, aku berpikir kok sepertinya si bapak ini ga percaya ya. "Emang kenapa pa?" tanyaku penasaran. "Soalnya bapak menyangka ade ini orang Padang, atau dari sumatera, karena ga ada tampang seperti orang Banten''. Sambil berkali-kali si bapak meminta maaf. Haah..apa iya? Dalam hatiku, sambil tersenyum sendiri.

Banyak hal yang membuatku tersenyum meladeni si bapak dalam percakapannya selama ngobrol di bus. Ada saja yang membuatku merasa tergelitik. Selain menanyakan statusku, yang disangka sang bapak tadi aku sudah berkeluarga, si bapak juga menanyakan perihal orang tuaku segala. Bahkan menanyakan nama orang tuaku. Ketika kujawab…….lagi-lagi si bapak langsung memotongnya, dengan mengatakan, "ah sudah bapak duga, ade ini keturunan orang tua yang sudah berhaji". Lho..apa iya? Emang darimana bisa menduganya dalam hatiku ga percaya. Ah ga usah terlalu dipikirkan...

Dalam obrolan itu si bapak menceritakan perihal anak laki-lakinya yang saat ini sudah bekerja di Jakarta. Dan karena itulah perjalananya ke Jakarta kali ini bermaksud menjenguk anaknya, yang sudah tiga minggu tidak pulang dan tidak ada kabar berita. Namun, malang si bapak ini, ketika sampai di tempat anaknya di Jakarta, anak lelakinya tidak bisa ditemui, karena hari itu juga ternyata si anak sudah berangkat pulang kampung. Akhirnya si bapak ini pun memutuskan balik lagi ke kampungnya.

Selain membicarakan anak lelakinya, si bapak juga menceritakan anak gadisnya yang sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan selepas lulus SMA. Padahal lamaran sudah dilayangkan kemana-mana kisah si bapak tadi. Memang belum rezekinya mungkin kata si bapak. Sampai akhirnya, saking capeknya si anak gadisnya ini mencari pekerjaan kesana kemari, dia memasrahkan kepada bapaknya, jika memang ada seorang lelaki yang dipilhkan oleh bapaknya, anak gadisnya inipun rela untuk menikah saja dengannya. Asalkan dengan syarat, si calonnya nanti memiliki pekerjaan, kata anak gadisnya.

Aku terdiam sambil menyimak kisah si bapak, sambil pikiranku melayang gak karuan…sepontan batinku menerka arah pembicaraan bapak tadi. Jangan-jangan….jangan-jangan…sambil kutahan penasaranku sampai selesai bapak tadi bercerita.

Seiring penasaran yang kupendam, si bapak mengisahkan perihal anak gadisnya yang sempat dekat dengan seorang guru, namun setelah diselidiki, ternyata si guru tersebut telah memiliki seorang isteri. Akhirnya hubunganpun tidak berlanjut. Sampai ada seorang pemuda, si bapak tadi menyebutnya seorang polisi, yang usianya sebaya denganku katanya, namun lagi-lagi sama kejadiannya. Si bapak menyiratkan kisahnya seperti bertemu dengan dahulu yang seorang guru.

Berkali-kali si bapak meminta aku kapan-kapan untuk maen ke rumahnya, dengan mengarahkan mencari nama si bapak atau anak gadisnya jika di kampung nanti, lengkap dengan petunjuk posisi rumahnya..nah lohh.. Aku senyum-senyum saja ketika si bapak bersemangat berkisah sambil aku manggut-manggut. Beberapa kali si bapak juga berpesan kepadaku, bahwa sesibuk apapun pekerjaan kita, jangan pernah meninggalkan sholat, karena sama-sama kewajiban katanya.

Beberapa menit sebelum si bapak turun duluan, beliau menuturkan dengan beberapa kali memohon maafnya kepadaku, bahwa dirinya hari itu tidak ada uang bahkan untuk naik ojek sekalipun. Tentengan dalam kantong kresek berisi gula pasir juga hasil pemberian orang katanya. Hal ini membuatku menangkap isyarat si bapak meminta bantuannya padaku. Tanpa pikir panjang, kurogoh uang kembalian ongkos bus di saku depanku untuk kugenggamkan ke si bapak tadi. Berkali-kali si bapak mengucapkan terimakasih kepadaku diselingi lafadz hamdalah meluncur dari mulutnya.

Beberapa pelajaran hari itu bersama si bapak tadi amat berharga bagiku. Aku berpikir hari itu, mungkin Allah SWT Menegurku lewat si bapak tentang rasa syukur yang mestinya senantiasa tetap kujaga atas anugerah selama ini yang diberikan. Entah itu pekerjaan, harta, kesempatan, ataupun yang lainnya. Karena tanpa rasa syukur, kita akan menjadi orang yang tamak dan serakah. Padahal di dunia ini sejatinya hanya stasiun persinggahan sementara, tempat mencari bekal tujuan yang paling akhir kelak, yaitu akhirat.

************

2 komentar:

ADITISANKU 5 November 2010 pukul 09.27  

jangan mendekati wanita jika engaku sudah berkeluarga..that the point!

Syaeful Anwar 30 November 2010 pukul 08.20  

Adi: Ngeledek lo ye..jd brrti nasihat untuk diri ente tuh..hehe

fashion pria

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP